Rabu, 07 April 2010

Gangguan belajar “disleksia”

Disleksia adalah gangguan belajar yang dialami anak dalam hal membaca dan menulis. Anak dengan disleksia melihat tulisan seolah campur aduk, sehingga sulit dibaca dan sulit diingat.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Asperger

A.Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua:
(1)gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak gerik untuk mengatur interaksi sosial
(2)gagalmengembangkan hubungan dg teman sebaya menurut tingkat perkembangan
(3)gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain
(4)tidak ada timbal balik sosial atau emosional
B.Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
(1)preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
(2)Ketaatan yang tidak fleksibel terhadap rutinitas/ritual yang spesifik & nonfungsional
(3)Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya, menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
(4)Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda
C.Gangguan menyebabkan gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D.Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa (menggunakan kata tunggal pd usia 2 thun, frasa komunikatif digunakan pd usia 3 th.
E.Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan keterampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia ( selain dalam interaksi sosial), dan keingitahuan tentang lingkungan pada masa anak-anak.

GANGGUAN ASPERGER

Penyebab gangguan Asperger tidak diketahui, tetapi penelitian keluarga menyatakan kemungkinan hubungan dengan gangguan autistik. Kemiripan gangguan Asperger dengan gangguan autistik menyebabkan hipotesis genetik, metabolit, infeksi, dan perinatal.

Tipe-tipe orang tua (Michael Rutter menggambarkan adanya 4 tipe orang tua):

1. Otoriter: orang tua yang keras dan kaku dalam mendidik anak, sehingga dapat menimbulkan depresi pada anak.

2. Permisif : orang tua selalu menuruti kemauan anak dan Walk ada batasan yang dibuat dalam mendidik anak, hal ini

dapat mengakibatkan kontrol impuls yang buruk pada anak.

3. Acuh tak acuh/mengabaikan: orang tua mengabaikan dan kurang memperhatikan pengasuhan anaknya, kondisi ini biasanya memicu timbulnya perilaku yang agresif pada anak.

4. Timbal-balik: orang tua akan mempertimbangkan secara rasional setiap keputusan yang diambil bersama, kondisi

seperti ini akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak.

Berbagai kondisi yang dapat menimbulkan kesulitan belajar dan gangguan emosi/perilaku pada anak:

1) Akibat penempatan anak yang tidak sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Gangguan yang terjadi akibat belum tercapainya kesiapan belajar (learning readiness).
3) Gangguan yang timbul akibat pembiasaan yang kurang menyenangkan yang berhubungan dengan proses belajar.
4) Gangguan dalam hubungan anak dengan orang yang bermakna.
5) Konflik-konflik intrapsikik yang dapat menghambat proses belajar dapat berupa gangguan cemas masa kanak atau
remaja, gangguan depresi pada anak dan remaja. Untuk dapat belajar dengan balk, individu harus mampu memusatkan perhatian dan mengarahkan energi mentalnya pada hal-hal yang akan dipelajarinya itu.
6) Cara-cara pendidikan yang terlalu memanjakan anak dapat menimbulkan permasalahan pada emosi dan perilakunya.

Faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak

A. Faktor internal tentunya sangat tergantung pada perkembangan fungsi otaknya, yang terjadi sejak ia masih berada di dalam kandungan ibu, oleh karenanya faktor gizi ibu dan anak sangatlah penting untuk diperhatikan.Selain hal tersebut di atas ada faktor lain pada diri anak itu sendiri yang dapat mempengaruhi kecerdasannya, yaitu faktor emosi dan perilaku dari anak tersebut. Dalam kondisi emosi dan perilaku yang terganggu tentunya anak tidak dapat tumbuh kembang dengan optimal. Ia akan mengalami berbagai macam hambatan dalam tumbuh kembangnya, seperti gangguan perkembangan fisik, gangguan dalam bidang akademis, dalam interaksi sosial dengan lingkungannya dan sebagainya.

B. Selain hal itu faktor eksternal juga sangat penting untuk diperhatikan, karena rnempunyai dampak yang cukup besar pada turnbuh kembang anak bila faktor ini mengalami masalah. Kondisi-kondisi seperti ini apabila tidak dideteksi sedini mungkin dan mendapatkan pertolongan secepatnya, dapat mengakibatkan perkembangan anak terganggu, termasuk kecerdasannya. Diharapkan dengan intervensi dini anak akan tumbuh kembang dengan optimal sesuai dengan kemampuannya.

Selasa, 06 April 2010

PENGOBATAN

Pengobatan yang paling berguna untuk gangguan belajar adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali dicoba tetapi tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa anak dengan gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu, seperti methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.

DIAGNOSA

Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan untuk kemampuan verbal atau kecerdasan harus dievaluasi. Pemeriksaan pendengaran dan penglihatan harus dijalankan, karena masalah pikiran sehat ini bisa juga berhubungan dengan keahlian membaca dan menulis.

Dokter meneliti anak tersebut untuk berbagai gangguan fisik. Anak tersebut melakukan rangkaian tes kecerdasan, baik verbal maupun non verbal, dan tes akademik pada membaca, menulis, dan keahlian aritmatik.

gejala

Anak kecil kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama warna atau huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak tersebut bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan koordinasi motor yang baik, seperti mencetak dan mengkopi.

Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.

PENYEBAB

Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya dimengerti. Mereka termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan pertimbangan ruang.

Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima banding satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa mengalami gangguan belajar.

Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak kurang baik di sekolah dan diperiksa dengan psikologis pendidikan untuk gangguan belajar. Meskipun begitu, beberapa anak dengan jenis gangguan belajar tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan baik, menghindari diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.

Gangguan Belajar DEFINISI

Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.

Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan emosional.

beberapa teori yang ada belajar memiliki definisi atau pengertian

1. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat serta merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000)
2. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)
3. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Moh. Surya (1997).
4. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Witherington (1952)

Rabu, 17 Maret 2010

Program intervensi dini

Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua
adalah menemukan program intervensi dini yang baik bagi anak autis.
Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui
cara menunjuk jari,mengguanakan gambar dan kadang bahasa isyarat serta kata-kata. Program intervensi dini menawarkan pelayanan
pendidikan dan pengobatan untuk anak-anak berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis
mengalamiketidakmampuan fisik atau kognitif. Program intervensi dini terdiri dari:
- Terapi fisik dan terapi okupasional (pengobatan
dengan memberikan pekerjaan/kegiatan 
tertentu)
- Terapi wicara dan bahasa
- Pendidikan masa kanak-kanak dini
- Perangsangan sensorik.
Program intervensi dini akan membantu orang tua dan
anak autis pindah dari intervensi 
dini ke dalam sistem sekolah umum.
Program ini juga akan membantu memilihkan lingkungan
yang paling tepat untuk pendidikan anak autis, apakah di sekolah biasa atau di
kelas khusus anak austik yang menawarkan pendidikan dan pelayanan pengobatan
yang lebih intensif dengan jumlah murid yang terbatas.
 
Program pendidikan untuk anak autis sangat
terstruktur, menitikberatkan kepada kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik
pengelolaan perilaku positif.Strategi yang digunakan di dalam kelas sebaiknya juga diterapkan di rumah sehingga 
anak memiliki lingkungan fisik dan sosial yang tidak terlalu berbeda.
 
Dukungan pendidikan seperti terapi wicara, terapi okupasional dan terapi fisik merupakan bagian dari pendidikan di sekolah anak
autis.
Keterampilan lainnya, seperti memasak, berbelanja atau
menyebrang jalan, akan dimasukkan ke dalam rencana pendidikan individual
untuk meningkatkan kemandirian anak.
Tujuan keseluruhan untuk anak adalah membangun kemampuan sosial dan berkomunikasi 
sampai ke tingkat tertinggi atau membangun potensinya Yang tertinggi.

Kriteria Autisme berdasarkan DSM-IV:

(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala di bawah:

a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang terarah,
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya,
c. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
d. Kurangnya hubungan emosional dan sosial yang timbal balik.

(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut:

a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang,
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.

(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari gejala berikut ini:

a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
c. Ada gerakan-garakan yang aneh, khas, dan diulang-ulang.
d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda tertentu.

Karakteristik Perilaku Bermain pada Penyandang Autisme

• Perilaku yang khas
• Menjaga jarak dengan orang lain
• Lebih sering sendiri atau paralel
• Bermain lebih sedikit dibanding non autistik
• Lebih sedikit menggunakan alat bermain dan kemampuan bermain sangat terbatas
• Kesulitan dalam bermain pura-pura dan menirukan sesuatu yang dilakukan orang lain.

Jenis Autisme

A. Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )

Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun.

B. Gangguan Perkembangan Pervasif YTT (PDD-NOS)

PDD-NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa kanak.
Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata.

C. Sindroma Rett
Sindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita. Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala normal pada saat lahir.

D. Disintegrasi Masa Kanak
Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun.

E. SINDROM ASPERGER
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita.
Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme.

10 Jenis Terapi Autisme

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.

Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

PENGOBATAN

Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam
membantu perkembangan anak.
Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama
belajar melalui permainan. 
Bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain,
tariklah anak dari perilaku dan ritualnya yang sering
diulang-ulang, dan tuntunlah mereka menuju kegiatan
yang lebih beragam. Misalnya, orang tua mengajak anak
mengitarikamarnya, kemudian tuntun mereka ke ruang
yang lain. Orang tua perlu memasuki dunia mereka untuk
membantu mereka masuk ke dunia luar.
 
Kata-kata pujian karena telah menyelesaikan tugasnya
dengan baik, kadang tidak berarti 
apa-apa bagi anak autis. Temukan cara lain untuk
mendorong perilaku yang baik dan untuk mengangkat
harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk
bermain dengan mainan kesukaannya jika anak telah
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
 
Anak autis belajar lebih baik jika informasi
disampaikan secara visual (melalui gambar) dan verbal
(melalui kata-kata). Masukkan komunikasi augmentatif
ke dalam kegiatan rutin sehari-hari dengan
menggabungkan kata-kata dan foto, lambang atau syarat
tangan untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan,
perasaandan gagasannya.
 
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis
berbicara. Tetapi sebagian anak autis 
tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak
mempelajarikata-kata baru melalui permainan. Sebaiknya
orang tua tetap berbicara kepada anak autis, sambil
menggunakan semua alat komunikasi dengan mereka,
apakahberupa isyarat tangan, gambar, foto, lambang,
bahasa tubuh maupun teknologi.
Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktivitas
favorit, serta teman dan anggota 
keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari sistem
gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan
dunia di sekitarnya.

DIAGNOSA

Autisme tidak dapat langsung diketahui pada saat anak
lahir atau pada skrining prenatal (tes penyaringan yang dilakukan ketika anak
masih berada dalamkandungan).
Tidak ada tes medis untuk mendiagnosis autisme.
Suatu diagnosis yang akurat harus berdasarkan kepada
hasil pengamatan terhadap 
kemampuan berkomunikasi, perilaku dan tingkat
perkembangan anak.
 
Karakteristik dari kelainan ini beragam, maka
sebaiknya anak dievaluasi oleh suatu tim 
multidisipliner yang terdiri dari ahli saraf, psikolog
anak-anak,ahli perkembangan anak-anak, terapis bahasa
dan ahli lainnya yang berpengalaman di bidang autisme.
Pengamatan singkat dalam satu kali pertemuan tidak
dapat menampilkan gambaran 
kemampuan dan perilaku anak. Masukan dari orang tua
dan riwayat perkembangan anak merupakan komponen yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis yang akurat.

Sifat-sifat lainnya yang biasa ditemukan pada anak autis

1. Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
2. Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
3. Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan
    kontak mata
4. Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
5. Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan,
   tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka
6. Jarang memainkan permainan khayalan
7. Memutar benda
8. Terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada
   benda yang sudah dikenalnya dengan baik
9. Secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang
   aktif
10. Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang
    normal
11. Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau
    menerima/mengalami perubahan
12. Tidak takut akan bahaya
13. Terpaku pada permainan yang ganjil
14. Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
15. Tidak mau dipeluk

PENYEBAB AUTIS

PENYEBAB AUTIS :

- Virus

- Keracunan Logam Berat

- Alergi dll

Dari beberapa faktor diatas menurut beliau hanyalah faktor PEMICU sedang penyebab utamanya adalah faktor GEN ( keturunan ) dengan kata lain kalaupun ada pemicunya kalau tidak didukung oleh adanya Bakat dari anak yang bersangkutan maka autis itu ngga akan terjadi.

gejala-gejala autis yang perlu di waspadai

Orang tua dapat melakukan deteksi dini gejala autis pada anak dengan memperhatikan gejala-gejala berikut dan perlu diwaspadai:
  • Anak usia 30 bulan belum dapat berbicara atau melakukan komunikasi verbal
  • Tidak peduli kepada orangtua maupun lingkungan
  • Hiperaktif
  • Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
  • Menutup diri terhadap pergaulan sosial
  • Sering mengulang beberapa perilaku yang sama dengan intensitas yang tinggi
Jika menemukan beberapa gejala tersebut pada anak maupun keluarga anda, sebaiknya segera berkonsultasi pada para pakar atau ahli maupun dokter guna penegakan diagnosa sedini mungkin. Jangan pernah berspekulasi tentang diagnosa autis pasa anak. Konsultasi dan penegakan diagnosa autis yang sesegera mungkin sangat bermanfaat bagi proses terapi autis selanjutnya.

pengertian autis

Autisma/Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang Autisma/Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisma/Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau ( Handojo, 2003 ).


Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.


Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi, misalnya dengan tidak memberikan respon ( tersenyum, dan sebagainya ), bila di ‘liling’, diberi makanan dan sebagainya, serta seperti tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitar, tidak mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau mengatakan ya atau tidak, atau ucapan-ucapan lain yang tidak jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran ( mendengarkan suara orang tua pun menangis ), senang melakukan stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap.

Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003), penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir maupun berperilaku.


Autisma/Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002).

Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisma/Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Autisma/Autisme berlanjut sampai dewasa bila tak dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat sebelum usia tiga tahun.
Yuniar (2002) mengatakan bahwa Autisma/Autisme tidak pandang bulu, penyandangnya tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan penyandang Autisma/Autisme ialah 4 : 1.

Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan

Selasa, 16 Maret 2010

autisme

DEFINISI
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang
kompleks, yang biasanya muncul pada usia 1-3 tahun.
 
Tanda-tanda autisme biasanya muncul pada tahun pertama
dan selalu sebelum anak berusia 3 tahun.Autisme 2-4
kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
 
PENYEBAB
Penyebab yang pasti dari autisme tidak diketahui, yang
pasti hal ini bukan disebabkan 
oleh pola asuh yang salah.Penelitian terbaru
menitikberatkan pada kelainan biologis dan neurologis
di otak, termasuk ketidakseimbangan biokimia, faktor
genetik dan gangguan
kekebalan.
 
Beberapa kasus mungkin berhubungan dengan:
- Infeksi virus (rubella kongenital atau cytomegalic
inclusion disease)
- Fenilketonuria (suatu kekurangan enzim yang sifatnya
diturunkan)
- Sindroma X yang rapuh (kelainan kromosom).
 
GEJALA
Penderita autisme klasik memiliki 3 gejala:
gangguan interaksi sosial
hambatan dalam komunikasi verbal dan non-verbal
kegiatan dan minat yang aneh atau sangat terbatas.
 
Sifat-sifat lainnya yang biasa ditemukan pada anak
autis:
Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan
kontak mata
Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan,
tidak membentuk hubungan pribadi 
yang terbuka
Jarang memainkan permainan khayalan
Memutar benda
Terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada
benda yang sudah dikenalnya 
dengan baik
Secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang
aktif
Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang
normal
Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau
menerima/mengalami perubahan
Tidak takut akan bahaya
Terpaku pada permainan yang ganjil
Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
Tidak mau dipeluk
Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap
seolah-olah tuli
Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya
melalui kata-kata, lebih senang 
meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
Jengkel/kesal membabi buta, tampak sangat rusuh untuk
alasan yang tidak jelas
Melakukan gerakan dan ritual tertentu secara berulang
(misalnya bergoyang-goyang atau 
mengepak-ngepakkan lengannya)
Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, mungkin
menggunakan bahasa dengan cara yang aneh atau tidak
mampu bahkan tidak mau berbicara sama sekali. Jika
seseorang berbicara dengannya, dia akan sulit memahami
apa yang dikatakan kepadanya. 
Anak autis tidak mau menggunakan kata ganti yang
normal (terutama menyebut dirinya sebagai kamu, bukan
sebagai saya).
Pada beberapa kasus mungkin ditemukan perilaku agresif
atau melukai diri sendiri.
Kemampuan motorik kasar/halusnya ganjil (tidak ingin
menendang bola tetapi dapat 
menyusun balok).
 
Gejala-gejala tersebut bervariasi, bisa ringan maupun
berat. Selain itu, perilaku anak 
autis biasanya berlawanan dengan berbagai keadaan yang
terjadi dan tidak sesuai dengan usianya.
 
 
DIAGNOSA
Autisme tidak dapat langsung diketahui pada saat anak
lahir atau pada skrining 
prenatal (tes penyaringan yang dilakukan ketika anak
masih berada dalamkandungan).
Tidak ada tes medis untuk mendiagnosis autisme.
Suatu diagnosis yang akurat harus berdasarkan kepada
hasil pengamatan terhadap 
kemampuan berkomunikasi, perilaku dan tingkat
perkembangan anak.
 
Karakteristik dari kelainan ini beragam, maka
sebaiknya anak dievaluasi oleh suatu tim 
multidisipliner yang terdiri dari ahli saraf, psikolog
anak-anak,ahli perkembangan anak-anak, terapis bahasa
dan ahli lainnya yang berpengalaman di bidang autisme.
Pengamatan singkat dalam satu kali pertemuan tidak
dapat menampilkan gambaran 
kemampuan dan perilaku anak. Masukan dari orang tua
dan riwayat perkembangan anak merupakan komponen yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis yang akurat.
 
PENGOBATAN
Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam
membantu perkembangan anak.
Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama
belajar melalui permainan. 
Bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain,
tariklah anak dari perilaku dan ritualnya yang sering
diulang-ulang, dan tuntunlah mereka menuju kegiatan
yang lebih beragam. Misalnya, orang tua mengajak anak
mengitarikamarnya, kemudian tuntun mereka ke ruang
yang lain. Orang tua perlu memasuki dunia mereka untuk
membantu mereka masuk ke dunia luar.
 
Kata-kata pujian karena telah menyelesaikan tugasnya
dengan baik, kadang tidak berarti 
apa-apa bagi anak autis. Temukan cara lain untuk
mendorong perilaku yang baik dan untuk mengangkat
harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk
bermain dengan mainan kesukaannya jika anak telah
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
 
Anak autis belajar lebih baik jika informasi
disampaikan secara visual (melalui gambar) dan verbal
(melalui kata-kata). Masukkan komunikasi augmentatif
ke dalam kegiatan rutin sehari-hari dengan
menggabungkan kata-kata dan foto, lambang atau syarat
tangan untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan,
perasaandan gagasannya.
 
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis
berbicara. Tetapi sebagian anak autis 
tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak
mempelajarikata-kata baru melalui permainan. Sebaiknya
orang tua tetap berbicara kepada anak autis, sambil
menggunakan semua alat komunikasi dengan mereka,
apakahberupa isyarat tangan, gambar, foto, lambang,
bahasa tubuh maupun teknologi.
Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktivitas
favorit, serta teman dan anggota 
keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari sistem
gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan
dunia di sekitarnya.
 
Program intervensi dini
Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua
adalah menemukan program intervensi 
dini yang baik bagi anak autis.
Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang
interaksi sosial anak dan 
menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui
cara menunjuk jari,mengguanakan gambar dan kadang
bahasa isyarat serta kata-kata.
Program intervensi dini menawarkan pelayanan
pendidikan dan pengobatan untuk anak-anak berusia
dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis
mengalamiketidakmampuan fisik atau kognitif.
Program intervensi dini terdiri dari:
- Terapi fisik dan terapi okupasional (pengobatan
dengan memberikan pekerjaan/kegiatan 
tertentu)
- Terapi wicara dan bahasa
- Pendidikan masa kanak-kanak dini
- Perangsangan sensorik.
Program intervensi dini akan membantu orang tua dan
anak autis pindah dari intervensi 
dini ke dalam sistem sekolah umum.
Program ini juga akan membantu memilihkan lingkungan
yang paling tepat untuk 
pendidikan anak autis, apakah di sekolah biasa atau di
kelas khusus anak austik
yang menawarkan pendidikan dan pelayanan pengobatan
yang lebih intensif dengan jumlah 
murid yang terbatas.
 
Program pendidikan untuk anak autis sangat
terstruktur, menitikberatkan kepada 
kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik
pengelolaan perilaku
positif.Strategi yang digunakan di dalam kelas
sebaiknya juga diterapkan di rumah sehingga 
anak memiliki lingkungan fisik dan sosial yang tidak
terlalu berbeda.
 
Dukungan pendidikan seperti terapi wicara, terapi
okupasional dan terapi fisik 
merupakan bagian dari pendidikan di sekolah anak
autis.
Keterampilan lainnya, seperti memasak, berbelanja atau
menyebrang jalan, akan 
dimasukkan ke dalam rencana pendidikan individual
untuk meningkatkan
kemandirian anak.
Tujuan keseluruhan untuk anak adalah membangun
kemampuan sosial dan berkomunikasi 
sampai ke tingkat tertinggi atau membangun potensinya
yang tertinggi.
 
Tidak mudah menerima kenyataan bahwa anak anda adalah
seorang autis. Orang tua 
seringkali mengalami tahapan emosional berupa duka,
menyangkal, marah,depresi dan menerima. Konsultasi
dengan ahli dapat membantu keluarga menerima diagnosis
ini, melangkah ke depan dan mencari jalan terbaik
untuk membantuanak mencapai potensinya yang tertinggi.
 
Pada masa remaja, beberapa perilaku agresif bisa
semakin sulit dihadapi dan sering 
menimbulkan depresi. Kadang obat-obatan bisa membantu
meskipun tidakdapat menghilangkan penyebabnya.
Haloperidol terutama digunakan untuk mengendalikan
perilaku yang sangat agresif dan 
membahayakan diri sendiri.
Fenfluramin, buspiron, risperidon dan penghambat
reuptake serotonin selektif 
(fluoksetin, paroksetin dan sertralin) digunakan untuk
mengatasi berbagai
gejala dan perilaku pada anak autis.
 
Beberapa anak autis tumbuh dan menjalani hidup yang
mandiri. Yang lainnya selalu 
membutuhkan dukungan dari lingkungan tempat tinggal
dan tempatnya bekerja.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa masa depan anak
autis sangat tergantung kepada 
besarnya kemampuan berbahasa yang dicapai oleh anak
ketika berusia 7
tahun.